My Portfolio
Sorry pake english portfolionya, biar keren :))
BTW, sorry resolusi gambarnya jelek, ga tau tuh di upload jadi gitu, klo mau lebih jelas KLIK GAMBARNYA LANGSUNG!!
Ini karya gw waktu semester 1. Isinya sktesa2 gw, and FYI gw dapet award MAHASISWA DENGAN SKETSA TERPROGRES.hehehe
ini yang gw sebut bersakit2 dahulu bersenang2 kemudian :))
Ini karya gw waktu semester 2, "Rumah Baca"
Ini masih semester 2, tapi tugas besarnya, "Rumah Artis"
Kalo yang ini karya gw semester 3, pertama kalinya gw digital. FYI : ini gw curang, seharusnya ga boleh pake digital, tapi karna terlalu kompleks jadinya gw pake digital. Tapi hikmahnya, gw punya banyak karya digital :) "Arboretum Cafe"
Ini karya semster 4, sama kaya sebelumnya, gw curang karena sebenernya masih belom pake digital. "Rumah Tinggal"
Yang ini, baru jujur,hehehe,emang pake digital. Tugas akhir semester 4. "Rumah Susun"
Yang ini tugas studio terakhir gw,semester 5. Ngerjainnya satu semester full alias 6 bulan. Sedikit kecewa dengan hasilnya yang ga maksimal :'( . "City Hotel"
Ini pertama kalinya gw ikut Lomba, waktu semester 4 kalo ga salah. Bareng nanao sama rivan. Desainnya mirip sama desan arboretum cafe gw yang diatas. Dan.... kalah:((. Tapi it's oke buat nambah pengalaman lomba. "Shelter Pengungsi"
Ini REAL PROJECT gw yang pertama. Kliennya om gw sendiri. Gajinya lumayan ok, bisa bikin gw beli laptop sendiri lho.hahaha
Kalo ini proyek kedua gw bareng Dosen, dan sekarang masih lanjut proyeknya. Doain yaa. FYI ini full desain gw lho!! "Perumahan Dinas Kabupaten Boyolali"
Thx udah lihat2 portfolio gw, even masih standard banget. Tapi gw tetep bangga sama diri gw,hahahaha.
Empat Puluh Hari
Malam ini seperti biasanya, aku berdiri di sudut persimpangan jalan bersama kawanku, seekor kucing kampung berwarna hitam. Begitu sunyi, seperti yang aku harapkan. Hanya terdengar bunyi detik jarum dari jam tanganku. Walaupun ini hari yang kesekian kalinya aku melakukan pekerjaan ini, tapi tetap saja jantungku berdetak lebih cepat dari bunyi detik jam tanganku. Udara malam yang begitu menusuk membuat setiap tarikan nafasku makin sulit dan semakin membuat batinku berteriak “Aku tak pernah menginginkan pekerjaan ini!.”
Sudah beberapa menit aku menunggu di tempat aku berpijak kini, menunggu seseorang yang sebenarnya tak pernah kuharapkan untuk datang malam ini. Seseorang yang sangat kukenal, walaupun hanya empat puluh hari aku menemuinya. Seseorang yang sangat tidak ingin aku temui malam ini, mungkin besok atau tahun depan aku baru siap untuk menemuinya, tapi tidak malam ini.
“Aku benar-benar belum siap untuk malam ini!” batinku berteriak kembali dan sekelebat memori-memori selama empat puluh hari bersamanya memenuhi kepalaku. Membuat kepalaku sakit dan berdenyut nyeri.
Nama seseorang itu Bellinda, wanita yang aku temui selama empat puluh hari ini. Wanita yang mengisi setiap helaan nafasku selama empat puluh hari ini. Wanita yang tak pernah hilang dari sel-sel otakku. Hanya ada Bellinda dalam hidupku selama empat puluh hari terakhir.
Aku sebenarnya sudah mengenalnya 20 tahun lalu, namun takdir yang harus mempertemukanku kembali dengannya empat puluh hari yang lalu. Ketika akhirnya aku kembali menemuinya banyak yang berubah darinya, suaranya, wajahnya, dan setiap inchi tubuhnya, tetapi aku tetap sangat mengenalnya. “Wanita yang sama” ucapku ketika itu. Tapi dia telah lupa padaku, lupa sama sekali, mungkin karena selama 20 tahun ini begitu banyak memori yang mengisi setiap ruang di otaknya dan menyingkirkan ruanganku. Dan itu bukan masalah yang besar bagiku. Itu hal yang sangat wajar, yang penting aku masih mengenalnya.
Karena dia telah lupa pada diriku, aku ragu untuk menemuinya secara langsung. Aku hanya berani memandangnya dari jauh, aku yakin menemuinya secara tiba-tiba hanya akan membuatnya takut. Meskipun begitu aku tetap berusaha mengikuti setiap jejak langkah yang ditinggalkannya. Mengawasinya.
Selama empat puluh hari ini aku baru benar-benar mengenalnya, setelah 20 tahun ternyata ia berubah menjadi wanita yang membuatku terpesona. Dia sosok wanita yang sering membuat jantungku seperti ingin loncat setiap melihatnya melakukan hal-hal spontan yang dapat membahayakan dirinya. Seperti ceroboh ketika menyetir, memaksakan diri memotong lembaran-lembaran karton meskipun matanya sudah tak kuasa untuk terpejam, hingga melakukan hal-hal bodoh lainnya. Aku takut melihatnya terluka, tapi ketika ia sadar melakukan hal-hal bodoh itu lalu tertawa, aku pun hanya bisa tersenyum melihatnya.
Selama empat puluh hari ini, aku akhirnya mengetahui bahwa hatinya begitu bersih, tanpa bercak hitam sedikitpun. Dia selalu memandang dunia sebagai tempat yang sempurna. Tidak pernah sekalipun dia tidak mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan padanya. Tidak pernah sekalipun pikiran negatif terhadap orang lain merusak kesucian hatinya. Begitu tulus, begitu apa adanya. Meskipun hal-hal tersebut terkadang membuatnya jatuh ke sebuah masalah, namun ia tetap berdiri di pondasi prinsip yang telah ia bangun sejak dulu. Dan ini membuatku makin kagum dengannya.
Selama empat puluh hari ini, aku makin mengenalnya. Ternyata Bellinda tidak sekuat tampak luarnya, dia begitu rapuh. Dia selalu memaksakan untuk tersenyum di depan orang-orang yang disayanginya agar dapat menyembunyikan tiap perih yang dirasakan tubuhnya. Dia selalu tertawa sangat lebar untuk menyingkirkan setiap kerut kekhawatiran dari wajah-wajah orang yang menyayanginya, orang-orang yang mengetahui bahwa Bellinda terlalu banyak menyimpan nyeri untuk dirinya sendiri. Tidak ada kata yang dapat mendeskripsikan dirinya di mataku. Aku terlalu mengaguminya
Bunyi sepeda motor yang berlaju cepat menghentikan memori-memori itu merasuki jiwaku. Aku terhenyak dan tersadar bahwa aku kini tengah berdiri di sudut persimpangan. Dan aku makin terkejut ketika mataku bertemu dengan jarum di jam tanganku. Hanya beberapa detik lagi hingga aku akhirnya bertemu secara langsung dengan Bellinda. Adrenalinku berontak di tubuhku, “Aku tidak siap untuk bertatap muka dengannya malam ini.”
Dari kejauhan sudah terdengar buni sirine mobil ambulance, telingaku pengak mendengarnya. Waktu ternyata tidak dapat bernegosiasi denganku. Aku memang harus menemuinya malam ini. Seperti perkiraanku, Bellinda berada di mobil ambulance yang sedang mendekat itu. Aku mengetahuinya karena sebelum aku berada di tempat aku berpijak kini, aku berada di dekatnya. Aku berada di dekatnya ketika dia mulai kesakitan menahan sel-sel otaknya rusak karena penyakit kanker yang dideritanya selama ini. Namun karena begitu pengecut, aku malah pergi dan bukannya menemaninya.
Tapi kini sudah saatnya, aku menemuinya secara langsung. Aku memaksa masuk ke dalam mobil ambulance itu. Belinda terlihat pasrah dan berdoa dibantu oleh kedua orang tuanya. Melihatku berada di mobil itu, Bellinda tersenyum. Ternyata dia masih mengenalku. Meskipun telah 20 tahun tidak berjumpa dengannya. Aku memang telah berjanji kepadanya ketika dia sebelum memasuki Rahim ibunya. Aku berjanji untuk menemuinya 20 tahun lagi untuk membawanya kembali ke surga.
Menjadi Arsitek
Hal yang menjadi isu dalam hidup gw sekarang ini seputar kuliah dan masa depan gw nantinya. “Dua setengah tahun jadi mahasiswa arsitektur UGM dan itu berarti beberapa tahun lagi harus jadi arsitek” mungkin itu pikiran orang-orang banyak termasuk orang tua gw. Tapi selama dua setengah tahun itu ga pernah pikiran itu ada dalam diri gw. Karena cita-cita gw sebenernya mau jadi creative editor di salah satu majalah fashion yang kaya di film Ugly Betty. Tapi kenapa kuliah di arsitektur?? Jawabanya simple, karena Nyokap gw mau gw masuk kedoktern (yakali deh!!) dan Bokap nyuruh gw masuk Teknik dan karena itu pula gw akhirnya memilih teknik yang ga teknik banget a.k.a Teknik Arsitektur. Padahal gw maunya masuk Komunikasi atau D3 Advertising. Tapi gimana lagi, gw udah terlanjur “memilih” berarti gw harus tanggung jawab dengan pilihan gw.
Rencana awal gw waktu masuk kuliah cukup sederhana, kuliah dengan baik, berusaha membanggakan orangtua dengan nilai bagus, lulus cepat dan langsung cari kerja di majalah. Tapi dilemma mulai muncul di akhir semester 5 kemaren. Tiba-tiba beberapa peristiwa seperti mendorong gw untuk keep stay di dunia arsitektur. Contohnya…
- Nyokap gw dapet tawaran dari bosnya bokap untuk ngelanjutin kuliah S2 gw di jepang melalui jalur beasiswa. Seperti anaknya yang sekarang udah lulus dan dinilai cukup berhasil
- Gw dapet proyek desain rumah untuk Om gw dengan bayaran yang bisa dibilang besar untuk ukuran mahasiswa kaya gw. Alhamdulillah, akhirnya gw bisa beli laptop sendiri.
- Iseng ngerjain tugas sendirian tengah malem di Dunkin, tiba-tiba ada developer yang nawarin kerja di kantornya. Sayang gw tolak karena ga dibolehin bokap.
- Dosen gw nawarin gw untuk gabung proyek dia, yang akhirnya gw terima.
- Dosen gw yang lain nyuruh gw kerja di kantornya dan akhirnya gw terima dan udah dua minggu gw kerja di kantornya
- Disaat temen-temen gw sibuk nyari tempat Kerja Praktek, gw udah dapet link dan dipastikan bisa praktek di salah satu Developer terbesar di Indonesia (Ciputra) berkat bantuan temen gw,Swani.
Semua bisa dibilang keberuntungan, kenapa?? Karena dari semua tawaran yang datang, ga ada satupun dari mereka yang nawarin gw pernah lihat karya gw satupun, bisa dibilang mereka gambling. Itu yang membuat gw dilemma. Buat mahasiswa yang mau jadi arsitek, merasa gw sangat teramat beruntung. Tapi, bukannya gw kufur nikmat, semua itu jadi beban tersendiri buat gw. Karena bukan aja gw ga mau jadi arsitek tapi juga karena arsitek itu pekerjaan yang sangat teramat susah untuk digapai. Menurut gw jadi arsitek itu harus punya :
1. Passion (dari awal masuk gw ga punya)
2. Skill (Kemampuan desain gw dibawah standar. IP?? Jangan diharapkan)
3. Connection (Ga ada satupun keluarga atau kerabat ortu gw yang jadi arsitek)
See?? Cuma mengandalkan keberuntungan?? Keberuntunan hanya Tuhan yang bisa memberikan dang a mungkin kan gw minta it uterus ke Dia. Tapi gw ga menyerah di titik itu. Gw punya rencana lain atau disebut Backup Plan.Dan Backup Plan tersebut adalah SELAMA 7 BULAN KEDEPAN gw bakal menjadi mahasiswa yang mengejar cita-cita untuk jadi ARSITEK, untuk merasakan dunia arsitek itu apa dan apakah gw menyukainya atau bisa dibilang sebagai masa Try Out.
1. Gw akan mencoba menyukai dunia arsitektur
2. Kerja di bidang Arsitektur
3. Ngambil proyek-proyek yang ditawarkan
4. Serius kerja praktek nanti
5. Dan mungkin gw mencoba ikut lomba-lomba yang ada
Dan harapan gw,gw bisa menentukan langkah gw nantinya, mungkin masih sulit untuk gw beradaptasi tapi kalo gag w coba, gimana gw bisa tahu. Waktu ga akan berhenti untuk gw berpikir dan mengawang-awang tetapi gw coba untuk memakai waktu itu untuk mengambil langkah dan mungkin mencoba kesalahan-kesalahan yang bisa jadi pegangan gw nantinya.
Cukup. Sekian. Terima Kasih.
Labels
- arsitektur (1)
- fiksi (1)
- non fiksi (8)
- opini (3)
Blog Archive
-
►
2010
(1)
- ► 08/08 - 08/15 (1)
-
►
2009
(1)
- ► 02/08 - 02/15 (1)
-
►
2008
(7)
- ► 11/16 - 11/23 (1)
- ► 11/09 - 11/16 (1)
- ► 10/19 - 10/26 (5)
About Me

- Andrian Saputra
- Yogyakarta, Indonesia
- Mostly people call me the most unique person ever. But i think im a little extraordinary person with simple mind
My Inspirations
-
Surat Suara Tanpa Angka - *Surat Suara Tanpa Angka * Setelah empat tahun absen, saya kembali ke rumah tua ini, *blog* yang tadinya sudah ingin saya pensiunkan demi pindah ke alam...11 tahun yang lalu
-
#MenolakMoveOn - Orang-orang bilang "udah kali, *move on* dong lo.." dengan mudahnya. Mungkin orang-orang ini belum pernah merasakan yang namanya kepincut dan gak bisa lepa...12 tahun yang lalu
-